Jumat, 05 Juni 2009

BIMA ( WERKUDARA, BRATASENA )


Bima atau Werkudara atau Bratasena adalah putra kedua Prabu Pandu dan Dewi Kuntitalibrata.
Bima termasuk satriya yang menguasai ilmu sangkan paraning dumadi ( berasal dari mana akan kembali kemana ). Senjatanya adalah kukupancanaka, gada rujakpolo dan panakawan angin. Bima adalah murid dari Batara Bayu.
Bima pernah mengamalkan dan menyebarkan ilmunya dengan bernama Begawan Bima Suci.
Bratasena adalah nama muda Raden Werkudara. Ketika muda ia pernah mencapai keberhasilan dengan membabat hutan Mertani Wilayah Astina yang kemudian menjadi sebuah negara bernama Amarta.Kerena itulah ia menjadi tulang punggung negeri Amarta.
Bratasena beristrikan :
- Dewi Arimbi, yang menurunkan Gatutkaca
- Dewi Nagagini, yang menurunkan Hanantareja
- Dewi Batari Urangayu, yang menurunkan Antasena

Sabtu, 30 Mei 2009

ASWATAMA



Aswatama atau dikenal juga dengan nama Bambang Aswatama adalah putra Beghawan Durna dengan Batari Wilutama.
Seumur hidup Bambang Aswatama mengabdi pada Prabu Duryadana, namun dalam Perang Baratayuda Aswatama meninggalkan tanggungjawabnya sebagai prajurit dan melarikan Dewi Banuwati dari Astina.
Banuwati dianggap sebagai mata-mata Pandawa yang ditanam di Astina. Kejadian ini berlanjut hingga lakon Aswatama landak berhasil membunuh Banuwati dan yang lainnya. Namun akhirnya, Aswatama pun mati terkena pasupati yang dipasang pada kaki bayi Parikesit.

ARJUNA ( JANAKA )


Arjuna adalah putra ketiga dari pasangan Dewi Kuntitalibrata dan Prabu Pandu.
Anggota Pandawa yang suka menjaga ketentraman mayapada dan sejak kecil suka menuntut ilmu dan bertapa di gunung serta hutan.
Pada suatu ketika Arjuna bertapa di gunung Indrakila, dari hasil bertapa ini Arjuna dapat membinasakan keangkaramurkaan Prabu Nirwutakawaca yang ingin menyunting Dewi Supraba.
Arjuna juga mendapatkan anugrah dari dewa yaitu sebuah Panah Pasupati yang nantinya dapat diandalkan dalam Perang Baratayuda.
* Ayah dari Abimanyu
* Istrinya bernama Dewi Wara Subadra (adik dari Prabu Kresna)

KAYON atau GUNUNGAN

Kayon dalam pewayangan digambarin sebagai sebuah gunung yang didalamnya terlukis pohon hidup yang dihuni sama beberapa binatang hutan, antara lain : harimau, banteng, kera, burung merak.
Di bagian bawah ada gambar pintu gerbang atau gapura sebagai akses buat masuk ke sebuah bangunan joglo yang di sisi kanan dan kirinya dijaga oleh dua orang raksasa. Tergambar juga naga raksasa yang keliatan taringnya.
Pada pagelaran Wayang Kulit Purwa, kayon berfungsi sebagai tanda peralihan pathet, adegan dan buat pelukisan tempat dimana tokoh berada sebagai penggambaran angin, api, hutan, air, batu dan lain-lain.
Di bagian sebaliknya ada gambar api yang berkobar dan makara / banaspati. Kayon juga berfungsi sebagai pembuka dan penutup pagelaran wayang.

SELAMAT DATAAAANGG...

Enjoy it!